Bencana Yang Di Alami Perantau Yang Sudah Lima Tahun Merantau Namun Tidak Memiliki Apa – Apa.

Loading...
 Ilustrasi Ibu yang merindukan anaknya pulang dari perantauan.

Suara Balige,- Bencana Yang Di Alami Perantau Yang Sudah Lima Tahun Merantau Namun Tidak Memiliki Apa – Apa. Awalnya saya sangat merasa sakit hati menulis artikel ini namun agar tidak terjadi bagi saudara saudara yang ini merantau ke Negeri orang maka saya harus menuangkan kisah ini di dalam artikel ini. Kisah ini memang tergolong sulit. Datang dari kampung dengan niat yang baik tekad yang besar untuk sukses di perantauan namun berujung sakit hati . Setelah menginjakkan kaki di Jakarta dan menganggur selama tiga bulan,kesana kemari mencari kerja dan akhirnya doa pun terjawab setelah mendapatkan panggilan kerja dan di terima bekerja di perusahaan swasta namun tidak seindah yang di banggakan setelah mendapat kerja. Bencana yang pertama pun terjadi :

1. Sifat desa masih di bawa ke kota.

Pendirian yang tidak tetap seakan lupa diri bahwa kita adalah perantau. Mengikuti teman berfoya foya ,beli ini dan beli itu sehingga menghabiskan gaji pertama yang seharusnya gaji pertama inilah yang kita  pergunakan untuk menjadi modal awal yang baik untuk hidup sebulan ke depan dan akhirnya bencana kedua pun datang.

2. Hutang makin hari makin bertambah.

Hutang inilah yang membuat kita semakin malas bekerja, dimana saat gaji di saldo atm sudah 0 rupiah  maka nama kita pun tercatat di buku dosa warung langganan kantor (Buku hutang maksudnya. Hehehe…). Meratapi nasib yang membuat kita keluh kesah pada diri sendiri sehingga membuat otak berpikir bagaimana caranya agar bisa menghasilkan uang dengan cepat dan besar untuk menutupi hutang di buku dosa. Akhirnya bencana ketiga pun datang.

3. Korupsi di tempat kerja.

Inilah hidup jika sudah tertekan hutang maka otak pun tidak memikirkan baik dan buruknya perbuatan yang akan kita lakukan. Namun karena hutang sudah menumpuk akhirnya mencari akal untuk mendapatkan uang lebih dengan cara korupsi baik itu korupsi waktu atau mengambil barang milik kantor dan sebagainya. Bisa saja mendekati senior untuk mencari cara korupsi atau mencari celah dimana senior bisa khilaf dan memamfaatkan kondisi tersebut. Akhirnya bencana ke empat pun datang.

4. Potong gaji per bulan atau yang paling extreme pemecatan.

Jika sudah terjadi hal yang demikian maka sebesar apapun prestasi anda tetap saja anda akan di anggap jelek dan kita sudah di waspadai oleh pimpinan perusahaan. Baiknya kita belajar lagi akan kehidupan. Banyaklah berdoa dan mencari tahu bagaimana caranya agar kepercayaan perusahaan kembali kepada kita. Namun menurut saya, anda mengundurkan diri saja dari perusahaan yang sudah anda buat kesalahan karena bagaimana pun nilai jelek tersebut sudah menempel di otak pimpinan perusahaan yang menganggap diri anda jelek dan di waspadai.

Note :

Bagi anda yang sudah alami hal ini sebaiknya belajar lah mencari hal baru yang anda sukai agar bisa membangun anda untuk memulai usaha sendiri. Karena sebesar apapun gaji karyawan perusahaan mereka akan tetap disebut karyawan dan bagi anda yang sudah punya usaha, sekecil apapun usaha tersebut. Anda akan tetap disebut pengusaha. Mungkin catatan ini bisa menambah niat anda untuk memperbaiki kesejahteraan hidup keluarga anda kelak. Sekian pengalaman hidup dari saya semoga bermamfaat bagi kita semua. Tuhan menyertai kita semua. Salam hangat dari saya. Saya ucapkan  terima kasih karena sudah mengunjungi Suara Balige.
Loading...
Powered by Blogger.